Selasa, 28 Januari 2014

TNI-AU

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara
LambangTNI-AU

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (atau biasa disingkat TNI Angkatan Udara atau TNI-AU) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di udara.
TNI Angkatan Udara pada awalnya merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat yang dulunya bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR Jawatan Penerbangan). TNI Angkatan Udara dibentuk dan mulai berdiri sendiri pada tanggal 9 April 1946 bersamaan dengan dibentuknyaTentara Republik Indonesia (TRI Angkatan Udara) sesuai dengan Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946.
TNI Angkatan Udara dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara (MABESAU). KASAU saat ini dijabat oleh Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia.
Kekuatan TNI-AU saat ini memiliki dua komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) yang bermarkas diBandara Halim PerdanakusumaJakarta dan Komando Operasi Angkatan Udara II (Koops AU II) yang bermarkas di Makassar.
Sejarah
TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pemboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 DakotaB-25 MitchellP-51 MustangAT-6 HarvardPBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.
Tahun 1950, TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California Amerika Serikat, mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17MiG-19MiG-21, pembom ringan Tupolev Tu-2, dan pemburu Lavochkin La-11. Pesawat-pesawat ini mengambil peran dalam Operasi Trikora dan Dwikora.
TNI AU mengalami popularitas nasional tinggi dibawah dipimpin oleh KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani awal 1960-an. TNI AU memperbarui armadanya pada awal tahun 1980-an dengan kedatangan pesawat OV-10 BroncoA-4 Sky HawkF-5 TigerF-16 Fighting Falcon, dan Hawk 100/200.
Tugas
Sesuai dengan UU TNI pasal 10, Angkatan Udara bertugas:
·         Melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan.
·         Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
·         Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara.
·         Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
Organisasi
TNI-AU berada di bawah Markas Besar TNI. Perwira tersenior Angkatan Udara, Kepala Staf TNI Angkatan Udara, adalah perwira tinggi berbintang empat dengan pangkat Marsekal mengepalai Angkatan Udara di bawah Panglima TNI. Mabes TNI AU membawahi Komando Utama atau biasa disingkat Kotama.
Komando Operasi Angkatan Udara I

Koopsau I mencakup wilayah Barat, markas komando di komplek Lanuma Halim Perdanakusuma Jakarta. Panglima Koopsau I Marsekal Muda TNI Muhamad Syaugi, S.sos dan Kapala Staf Marsekal Pertama TNI Dedy Nitakomara, SE.
Koopsau I membawahi beberapa pangkalan udara.
Tipe A :
1.    Lanud Halim Perdanakusuma (HLP), Jakarta
2.    Lanud Atang Sendjaja (ATS), Bogor
3.    Lanud Roesmin Nurjadin (RSN),[6] Pekanbaru (akan naik status menjadi tipe A)[7]
4.    Lanud Supadio (SPO) , Pontianak (akan naik status menjadi tipe A)[8]
Tipe B :
1.    Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh
2.    Lanud Soewondo (SWO), Medan
3.    Lanud Husein Sastranegara (HSN), Bandung
4.    Lanud Suryadarma (SDM), Subang
Tipe C :
1.    Lanud Maimun Saleh (MUS), Sabang (akan naik status menjadi tipe B)
2.    Lanud Tanjung Pinang (TPI), Tanjung Pinang (akan naik status menjadi tipe B)
3.    Lanud Hang Nadim, Batam
4.    Lanud Ranai (RNI), Natuna (akan naik status menjadi tipe B)
5.    Lanud Padang (PDA), Padang
6.    Lanud Palembang (PLM), Palembang
7.    Lanud Astra Kestra (ATK), Lampung
8.    Lanud Haji Abdullah Sanusi Hanandjoeddin (TDN), Belitung
9.    Lanud Wiriadinata (TSM), Tasikmalaya
Tipe D :
1.    Lanud Sugiri Sukani (SKI), Cirebon
2.    Lanud Wirasaba (WSA), Purwokerto
3.    Lanud Singkawang II (SWII), Singkawang (akan naik status menjadi tipe C)
Rencana Pembangunan :
1.    Lanud Piobang (PBG) , Payakumbuh
2.    Lanud Gadut (GDT) , Bukittinggi
Komando Operasi Angkatan Udara II

Koopsau II mencakup wilayah timur, markas komando di komplek Lanuma Hasanudin Makassar. Panglima Koopsau II Marsekal Muda TNI Agus Supriatna dan Kapala Staf Marsekal Pertama TNI Agus Dwi Putranto.
Koopsau II membawahi beberapa pangkalan udara.
Tipe A :
1.    Lanud Hasanuddin (HND), Makassar
2.    Lanud Iswahyudi (IWJ), Madiun
3.    Lanud Abdul Rachman Saleh (ABD), Malang
Tipe B :
1.    Lanud Surabaya (SBY), Surabaya (Akan naik status menjadi Tipe A)
2.    Lanud Balikpapan (BPP), Balikpapan
3.    Lanud Ngurah Rai (RAI), Denpasar
4.    Lanud Pattimura (PTM), Ambon
5.    Lanud Jayapura (JAP), Jayapura (Akan naik status menjadi Tipe A)
6.    Lanud Eltari (ELI), Kupang
7.    Lanud Manuhua (MNA), Biak
Tipe C :
1.    Lanud Iskandar (IKR), Pangkalan Bun
2.    Lanud Syamsuddin Noor (SAM), Banjarmasin
3.    Lanud Wolter Monginsidi (WMI), Kendari
4.    Lanud Sam Ratulangi (SRI), Manado (Akan naik status menjadi Tipe B)
5.    Lanud Rembiga (RBA), Mataram
6.    Lanud Merauke (MRE), Merauke (Akan naik status menjadi Tipe B)
7.    Lanud Tarakan (TAK), Tarakan
Tipe D :
1.    Lanud Leo Wattimena (MRT), Halmahera Utara (Akan naik status menjadi Tipe C)
2.    Lanud Dumatubun (DMN), Tual (Akan naik status menjadi Tipe C)
3.    Lanud Timika (TMK), Timika
Kohanudnas
Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia atau biasa disingkat (KOHANUDNAS), markas komando di Komplek Lanuma Halim Perdanakusuma Jakarta.
Korps Pasukan Khas
Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat. Prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI. Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan obyek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.
Koharmatau
Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara atau biasa disingkat (Koharmatau) markas komando berada di Lanud Husein Satra Negara Bandung, membawahi :
1.    Depo 10 di Lanud Husein S, Bandung
2.    Depo 20 di Lanuma Iswahyudi, Madiun
3.    Depo 30 di Lanuma Abd Saleh, Malang
4.    Depo 40 di Lanud Sulaiman, Bandung
5.    Depo 50 di Lanud Adi Soemarmo, Surakarta
6.    Depo 60 di Lanud Iswahyudi, Madiun
7.    Depo 70 di Lanud Sulaiman, Bandung
Akademi Angkatan Udara
Akademi Angkatan Udara atau biasa disingkat (AAU) dengan Ksatrian berada di Yogyakarta, dipimpin oleh seorang Gubernur berpangkat Marsekal Muda dibantu seorang Wakil Gubernur berpangkat Marsekal Pertama.
Sebutan untuk taruna AAU disebut Karbol, saat ini Karbol dibagi menjadi tiga jurusan yaitu : Aeronautika, Elektronika dan Teknik Manajemen Industri. Kedepan akan ditambah satu jurusan lagi yaitu Paskhas. Setelah dilantik kesemua Karbol diberik kesempatan untuk mengikuti seleksi masuk menjadi Penerbang. Pendidikan dilaksanakan selama 4 tahun dan setelah lulus dan dilantik menjadi Perwira, Karbol berhak menyandang predikat sebagai Sarjana Pertahanan.
Kodikau
Komando Pendidikan TNI AU atau biasa disingkat (Kodikau) markas komando berada di Komplek Lanuma Halim Perdanakusuma Jakarta, terdiri :
1.    Terdiri dari 2 Wingdik
1.   Wingdikum Di Lanuma Halim P.K. Jakarta Dan Lanuma Atang S. Bogor
2.   Wingdiktekkal Di Lanud Suryadarma Subang Dan Lanud Husein S. Bandung
2.    Lanud tempat pelaksanaan pendukung Kodikau :
1.   Lanuma Adi Sutjipto Yogyakarta
2.   Lanud Adi Soemarmo Surakarta
3.   Lanud Sulaiman Bandung
3.    Sekolah Kesatuan Komando Angkatan Udara (SEKKAU) Ksatrian berada di Komplek Lanuma Halim PK Jakarta,(Diperuntukkan untuk para Pama sebagai jenjang karier ke pangkat mayor atau Pamen)
Seskoau
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (SESKOAU) dengan Ksatrian berada di Lembang Bandung. Sekolah ini diperuntukan bagi para perwira enengah (pamen) sebagai syarat untuk menjadi seorang komandan satuan ataupun jenjang karier ke pangkat Kolonel).
Pangkat
Sebagaimana di kecabangan lainnya, kepangkatan terdiri dari PerwiraBintara dan Tamtama. Adapun pangkat tertinggi di Angkatan Udara adalah Marsekal Besar dengan bintang lima. Pangkat ini ditandai dengan lima bintang emas di pundak. Pangkat ini sepadan dengan Jenderal Besar di TNI Angkatan Darat dan Laksamana Besar di TNI Angkatan Laut. Sampai saat ini belum ada seorangpun perwira TNI Angkatan Udara yang dianugerahi pangkat tersebut, Marsekal dengan bintang empat, Marsekal Madya dengan bintang tiga, Marsekal Muda dengan bintang dua,Marsekal Pertama dengan bintang satu.
Kekuatan pasukan
Kekuatan Pasukan TNI Angkatan Udara
TNI Angkatan Udara saat ini dperkuat oleh 2 Pasukan yang keduanya mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda yaitu terdiri dari :
1.    Korps Pasukan Khas (Korpaskhas). Pasukan baret jingga yang dulu sangat terkenal dengan nama Pasukan Gerak Tjepat ((PGT) merupakan pasukan berkualifikasi Para Komando adalah pasukan pemukul tempur darat TNI Angakatan Udara bersifat ofensif, yang terdiri dari :
1.   Satbravo 90 Paskhas/Anti Teror
2.   Denmatra Paskhas
3.   Denhanud Paskhas
4.   Pasukan Para Komando (Yonko 461-469)
5.   Pusdiklat Pasukan Khas
2.    Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan TNI AU.(Bersifat Defensif). Pasukan baret biru terbilang baru karena sebelumnya satuan ini telah ada setiap lanuma dan lanud di seluruh Indonesia yang anggotanya terbentuk dengan mengambil beberapa orang dari tiap staf yang ada di pangkalan dengan di kepalai seorang perwira sebagai Kasi Kamhanlan. Kedepan Kamhanlan akan dibentuk menjadi Satuan sendiri dipimpin oleh seorang Pama sebagai Komandan Satuan Kamhanlanau yang bertugas melaksanakan pengamanan, pertahanan pangkalan TNI AU juga sebagai pasukan taktis dari tiap lanud. Tugas pengamanan pangkalan sebelumnya diemban oleh Satuan Provost AU kala itu masih menggunakan korps pasukan (Psk)yang salah satunya bertugas sebagai Pamfik, maka setelah berubah menjadi POMAU selanjutnya dikembalikan melaksanakan tugas-tugas kepolisian militer yaitu Gaktiblin, penyidikan, walmor dan protokoler.
Komando Paduan Tempur Udara
Pelaksanaan operasi tempur TNI Angkatan Udara merupakan gabungan dari unsur-unsur tempur yang dimiliki yaitu unsur pesawat/pangkalan, unsur radar dan unsur pasukan pemukul dan pertahanan udara Korpaskhas. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam pelaksanaan suatu operasi udara atau untuk lebih mudah menyingkatnya dengan istilah Komando Paduan Tempur Udara. Kotama Operasi pelaksananya adalah :
1.    Koopsau, terdiri dari :
1.   Unsur pesawat (Tempur, Angkut, Intai, Heli)
2.   Unsur pendukung (Lanuma/Lanud)
2.    Kohanudnas, terdiri dari :
1.   Satuan radar GCI (Ground Control Interception)
2.   Satuan radar EW (Early Warning)
3.    Korpaskhas, terdiri dari :
1.   Satuan pemukul (Batalyon Komando 461-469)
2.   Satuan pertahanan udara (Detasemen Hanud Paskhas)
3.   Satuan matra (Detasemen Matra Paskhas)
4.   Satuan anti teror (Satbravo 90/AT)
Alat utama sistem persenjataan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara sudah memesan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang baru yang akan diperkenalkan kepada publik pada perayaan hari ulang tahun TNI yang ke 69, pada tanggal 5 Oktober 2014 nanti.
Secara kualitatif kebutuhan alutsista dan penggelarannya disusun berdasarkan tugas-tugas untuk melaksanakan operasi udara dalam rangka penegakan kedaulatan di darat dan di laut, maka idealnya harus memiliki :
Kekuatan Pemukul Udara
1.    Pesawat penyerang yang mampu melaksanakan operasi udara strategis dan taktis untuk penghancuran sasaran darat maupun perairan sampai dengan daerah persiapan lawan.
2.    Pesawat Peringatan Dini / Advanced Early Warning (AEW) yang mampu melaksanakan manajemen pertempuran udara. Perang elektronika untuk mengganggu kemampuan gelombang elektromagnetik musuh dan menjamin kelancaran penggunaan gelombang elektromagnet sendiri.
3.    Pesawat Tanker yang mampu melaksanakan dukungan Air Refeuling bagi pesawat penyerang yang direncanakan untuk beroperasi jauh diluar ZEE.
4.    Pesawat komando yang dilengkapi dengan sarana K3I dan memiliki jarak jangkau dan kemampuan yang memadai sebagai sarana pimpinan untuk mengendalikan dan memonitor jalannya operasi yang dibutuhkan pesawat Kodal.
Kekuatan Intai Udara
1.    Pesawat Intai udara Strategis, untuk pengintaian sampai diluar batas ZEE.
2.    Pesawat Intai udara Taktis, untuk pengintaian secara detail daerah pertempuran baik pesawat berawak maupun tak berawak.
Kekuatan Lintas Udara
1.    Pesawat Angkut Strategis yang mampu mengangkut Batalion Lintas Udara Korpaskhas ke daerah trouble spot.
2.    Pesawat Angkut Taktis dan Helikopter.
3.    Pesawat Angkut Khusus VVIP/VIP baik fix wing maupun rotary wing.
Kalau diturunkan ke tingkat operasional, TNI Angkatan Udara memerlukan jet-jet tempur dalam beragam kemampuan sejumlah 250-300 unit, 40 pesawat sekelas C-130 Hercules, 2 pesawat sekelas E-3 Sentry AWACS dengan pertimbangan satu di barat dan satu di timur, serta 8 pesawat sekelas E-2C Hawkeye masing-masing 4 di barat dan timur. Tentu penggelaran kekuatan seperti ini belum memadai karena TNI Angkatan Udara harus melengkapi diri dengan pesawat pembom, pemburu-pembom jarak jauh, pesawat anti gerilya Counter Insurgency (COIN), pesawat tanker, heli-heli combat-SAR, radar-radar GCI dan EW, pemekaran pasukan korpaskhas dengan cara membentuk batalyon-batalyon pemukul dan batalyon-batalyon pertahanan udara berupa situs-situs rudal darat ke udara (SAM), serta artileri anti serangan udara dan merupakan gagasan ideal yang mesti masuk dalam Grand Strategy yaitu pengadaan pesawat siluman.
Radar dan peluru kendali
Saat ini TNI AU mengoperasikan 16 situs radar di seluruh Indonesia.
Daftar peluru kendali yang digunakan TNI AU :
·         Udara-ke-udara
·         AIM-9 Sidewinder
·         R-73 Archer
·         R-27 Alamo
·         R-77 Adder
·         MAA-1 Piranha
·         Udara-ke-darat
·         AGM-65 Maverick
·         AGM-84 Harpoon
·         Kh-29 Kedge
·         Kh-31 Krypton
·         Kh-59 Kingbolt
Pengembangan
Pengembangan organisasi
Untuk pengembangan organisasi kedepan saat ini tengah diusulkan ke Mabes TNI-AU untuk pembentukan Wing III Paskhas di Kota Medan Sumatera Utara untuk menjaga wilayah barat Indonesia yang meliputi wilayah sekitar Pulau Sumatera dan sekitarnya.
Sedangkan Wing I Paskhas di Kota Jakarta untuk menjaga wilayah tengah Indonesia yang meliputi wilayah sekitar DKI Jakarta, Pulau JawaKalimantan dan Bali.
Untuk Wing II Paskhas yang sebelumnya berada di Malang Jawa Timur akan dipindah ke Kota Makassar Sulawesi Selatan untuk menjaga wilayah timur Indonesia yang meliputi wilayah sekitarNusa TenggaraSulawesiKepulauan Maluku dan Papua.
Sedangkan yang sebelumnya Wing III Pusdik Paskhas menjadi Kodiklat Paskhas serta pembentukan Wing 100 Peluncur Rudal Menengah/Jauh Paskhas Kohanudnas, terdiri dari tiap Batalyon Peluncur Rudal di tiap Kosek Hanudnas.
Direncanakan pula penambahan 2 batalyon PPRC Paskhas yaitu Batalyon PPRC Paskhas 463 di Medan, Batalyon PPRC Paskhas 467 di Kupang dan Kompi BS di beberapa Lanud yang telah naik status ke Type B diantaranya Lanud Balikpapan, Bali, Maluku, Menado, Jayapura,Palembang. Peningkatan status Kompi Matra menjadi Batalyon Bantuan tempur Paskhas di tiap Wing Paskhas yang terdiri atas (Kompi Keslap, Kompi Komlek, Kompi Bekangmor, Kompi Kavaleri dan Tim Dallan/Sar),
Peningkatan Tim Dalpur menjadi satuan tersendiri menjadi Detasemen Dalpur Paskhas di tiap Wing Paskhas, serta Pembentukan 10 Detasemen Arhanud/PSU Paskhas yaitu peningkatan bateray-bateray PSU yang sebelumnya berada di tiap Batalyon PPRC untuk dijadikan satuan tersendiri menjadi Detasemen Pertahanan Udara Paskhas (Den Hanud) di tiap Lanuma dan Lanud Type B serta perubahan Status Batalyon 463 dan 467 menjadi Batalyon Arhanud Mobile "1" Paskhas dan Batalyon Arhanud Mobile "2" Paskhas yang bersifat mobile dengan Alutsista berupa Rudal Manpad QW3 untuk pengamanan Satuan Radar di seluruh NKRI.
Pengembangan alutsista
Amanat Kepala Staf TNI Angkatan Udara pada Apel Khusus tanggal 2 Januari 2012 yang dibacakan di seluruh satuan kerja TNI Angkatan Udara yang menyebutkan Rencana Strategis kedepan hingga 2014 menuju The First Class Air Force dengan menambah 5 skuadron udara baru, satuan radar, 2 batalyon tempur Paskhas, 10 satuan rudal Paskhas.
Pengembangan doktrin
Doktrin disusun atas pengalaman sejarah dan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan organisasi, peralatan, perkembangan lingkungan. Perlu dipertimbangkan lebih jauh yaitu doktrin untuk dapat menambah dari balik cakrawala atau bahkan jauh dari belakang garis depan pertempuran. Kehadiran pesawat AEW dan AWAC’S akan memberikan peluang bagi pengembangan doktrin tempur.
Pengembangan strategis
Keberpihakan dan perhatian dari pemerintah serta parlemen merupakan angin segar bagi militer Indonesia terutama TNI Angkatan Udara yang mengalami embargo senjata di hampir semua aspek hingga mengakibatkan penurunan secara drastis kesiapan tempur. Dalam Rancangan Rencana Strategis Pembangunan TNI Angkatan Udara 2010-2014, TNI Angkatan Udara merencanakan Pengembangan sistem dan evaluasi kinerja Matra Udara terdiri dari :
1.    Melaksanakan evaluasi kegiatan/program kerja Tahun Anggaran 2009 dan menyusun Rencana Kerja TNI AU.
2.    Menyusun buku petunjuk induk, pelaksanaan, dan teknis dalam bidang intelijen, operasi, logistik, personel, lemdik, maupun buku petunjuk lainnya untuk mendukung pelaksanaan tugas.
3.    Memperbanyak buku-buku perpustakaan, buku bahan pelajaran dan naskah sekolah di tingkat Mabesau, Kotama, balakpus, dan satker dibawah jajaran TNI AU sebagai sarana dalam pelaksanaan tugas.
4.    Pengembangan organisasi Lanud Supadio dari tipe B menjadi Lanuma Supadio tipe A.
5.    Pengembangan organisasi Lanud Pekanbaru dari tipe B menjadi Lanuma Pekanbaru tipe A.
6.    Pengembangan organisasi Lanud Ngurah Rai dari tipe C menjadi tipe B.
7.    Pengembangan organisasi Lanud Eltari dari tipe C menjadi tipe B.
8.    Pengembangan organisasi Lanud Pattimura dari tipe C menjadi tipe B.
9.    Pengembangan organisasi Lanud Manuhua dari tipe C menjadi tipe B.
10. Pengembangan organisasi Lanud Morotai dari tipe D menjadi tipe C.
11. Peningkatan Status Detasemen Putusibau menjadi Lanud Tipe C.
12. Pembentukan baru organisasi skadron pesawat UAV.
13. Pembentukan baru organisasi skadron dengan menambah 24 pesawat F16.
14. Penataan dan pemantapan skadron 11 dengan menambah 6 unit Sukhoi.
15. Pembentukan baru organisasi skadron-45 VIP Helikopter.
16. Pengaktifan kembali Skadron 21 dengan pesawat super tucano.
17. Pengaktifan kembali Skadron 14 dengan pesawat TA-50.
18. Pembentukan baru organisasi 2 batalyon pprc paskhas yaitu peningkatan status kompi A BS Medan dan kompi E BS Yogyakarta.
19. Pembentukan baru organisasi 2 Kompi BS paskhas karena peningkatan status lanud dari tipe C menjadi tipe B yaitu lanud ngurahrai dan pattimura.
20. Pembentukan baru organisasi 10 Detasemen Hanud/Satuan Rudal paskhas yaitu pemisahan bateray PSU yang ada ditiap batalyon tempur paskhas menjadi satuan berdiri sendiri di Lanuma maupun Lanud tipe B.
21. Penataan dan pemantapan batalyon pprc 461/464 paskhas dengan kekuatan 3 kompi senapan, 1 kompi bantuan, 1 kompi matra dan 1 kompi markas dengan pemenuhan jumlah personel tiap kompi secara penuh yaitu 100-125 berikut dukungan Alut Sista serta Rantis maupun Ranmor.
22. Penataan dan pemantapan batalyon pprc 462/465/466/468 paskhas dengan kekuatan 3 kompi senapan, 1 kompi bantuan, dan 1 kompi markas dengan pemenuhan jumlah personel tiap kompi secara penuh yaitu 100-125 berikut dukungan Alut Sista serta Rantis maupun Ranmor.
23. Penataan dan pemantapan batalyon 463/467 paskhas sebagai batalyon artileri pertahanan udara secara mobile untuk tugas pertahanan udara diseluruh pangkalan yang belum terdapat Den Hanud paskhas dengan kekuatan 4 Bateray dan 1 kompi markas dengan pemenuhan jumlah personel tiap bateray secara penuh yaitu 90-100 berikut dukungan Alut Sista serta Rantis maupun Ranmor.
24. Pembentukan baru organisasi Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan yaitu peningkatan status Kasi Kamhanlanau menjadi Dansatkamhanlanau di tiap pangkalan dengan penataan pemenuhan personel satkamhanlanau di tiap lanud tipe A 100 orang, tipe B 75 orang dan tipe C 35 orang.
25. Perubahan status Dispamsanau menjadi pusintelau serta pembentukan dan pemantapan Den intel Koopsau I dan II.
26. Pengaktifan kembali organisasi sathar 14 depohar 10 untuk pemeliharaan tingkat berat pesawat boeing 737-200, F-28, F-27, dan CN-235.
27. Pengembangan sistem informasi TNI AU bidang-bidang intelijen, operasi, personel, logistik, srena dan wasrik.
28. Pengembangan sepuluh komponen dan sistem pendidikan TNI AU.
29. Pengembangan dan revitalisasi lembaga pengkajian Seskoau yang independen.
30. Pengembangan sistem pengamanan data Disinfolahtaau, serta pengembangan aplikasi sistem penggajian TNI AU.
31. Penataan struktur organisasi dan penyusunan/evaluasi perangkat lunak AAU.
Pemberdayaan wilayah pertahanan udara
Sesuai dengan UU TNI pasal 10, Angkatan Udara salah satunya adalah bertugas melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara di seluruh Indonesia. Dalam konteks ini TNI AU diharapkan mampu melaksanakan pemberdayaan kewilayahan tentang pertahanan udara melalui pembinaan kepada masyarakat tentang potensi dirgantara diseluruh pelosok dan pencegahan secara dini ancaman udara melalui koordinasi aktif dengan satuan samping teritorial daerah, yaitu dengan menempatkan personel sebanyak 25 orang di tiap Korem di seluruh Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar